Teori Kepemimpinan
A. Teori Kepemimpinan
Dalam Sebuah istilah dikenal sebagai : Kepala (Head), Atasan (Supervisor), Pemimpin (Leader), Kepemimpinan (Leadership) dan manajer yang berarti:
· Seseorang yang mampu memengaruhi orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu sesuai yang diinginkan.
· Seseorang yang menjalankan kepemimpinan, sedangkan pimpinan (Manajer) adalah seseorang yang menjalankan manajemen. Orang yang sama harus menjalankan dua hal secara efektif.
· Orang yang melakukan/menjalankan kepemimpinan.
· ‘Kata pemimpin mencerminkan kedudukan seseorang atau kelompok orang pada hierarki tertentu dalam organisasi, yang mempunyai bawahan, karena kedudukan yang bersangkutan mendapatkan kekuasaan formal dan tanggung jawab.[1]
Karakteristik dan variabel kunci dalam teori kepemimpinan, yaitu:
a. Karakteristik pemimpin (leader) meliputi:
1. Ciri (motivasi, kpribadian, nilai)
2. Keyakinan dan optimisme
3. Keterampilan dan keahlian
4. Integritas dan etika
5. Perilaku
6. Taktik pengaruh
7. Sifat pengikut
b. Karakteristik pengikut (followers) :
1. Ciri (kebutuhan, nilai, konsep pribadi)
2. Keyakinan dan optimisme
3. Keterampilan dan keahlian
4. Sifat pemimpin
5. Kepercayaan kepada pemimpin
6. Komitmen dan upaya tugas
7. Kepuasan terhadap pemimpin dan pekerjaan
c. Karakteristik situasi (situation):
1. Jenis unit organisasi
2. Besar unit organisasi
3. Posisi kekuasaan dan wewenang
4. Struktur dan kerumitan tugas
5. Saling ketergantungan tugas
6. Keadaan lingkungan yang tidak menentu
7. Ketergantungan eksternal.[2]
B. Pendekatan situasional
Kepemimpinan situasional merupakan pendekatan terhadap kepemimpinan yamg menyatakan keberhasilan tugas kepemimpinan tergantung keadaan atau situasi. Situasi ialah gelanggang yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan bagi pemimpin untuk beroperasi. Bagi sebagian besar pemimpin, situasi bisa menentukan keberhasilan atau kegagalan, tapi keliru bila selalu dan terlalu bila menyalahkan situasi. Dalam menerapkan teori kepemimpinan situasional, pemimpin harus didasarkan pada hasil analisis terhadap situasi yang dihadapi pada saat tertentu dan mengidentifikasikan kondisi anggota atau anak buah yang dipimpinnya. Kondisi bawahan merupakan faktor penentu kepemimpinan situasional karena bawahan selain sebagaiindividu juga merupakan kelompok yang dapat menentukan kekuatan pribadi yang dipunyai pemimpin.
Beberapa model kepemimpinan situasional sebagai berikut:
1. Model kepemimpinan kontingensi (Fred E. Fielder)
Teori mengemukakan sebagaimana tindakan pemimpin dalam situasi tertentu memiliki perilaku kepemimpinan yang efektif. Pemimpin dalam memperagakan kepemimpinannya tidak berpedoman pada salah satu pola perilaku dari waktu ke waktu, melainkan didasarkan pada analisis pemimpin setelah ia mempelajari situasi tertentu, lalu melakukan pendekatan dan mengambil tindakan secara tepat.
2. Model kepemimpinan situasional (Hersey and Blanchard)
Kemampuan diagnosik bagi manajer tidak bisa diabaikan. Manajer harus mampu mengidentifikasi isyarat yang terjadi dilingkungan organisasi tetapi kemampuan mendiagnosis belum cukup untuk berperilaku efektif. Manajer harus mampu mengadakan adaptasi perilaku kepemimpinan terhadap tuntutan lingkungan dimana ia memperagakan kepemimpinannya.[3]
Beberapa pendekatan dan teori baru dalam kepemimpinan
Berikut ada 3 pendekatan dan teori baru dalam kepemimpinan, yaitu:
1. Teori Atribusi Kepemimpinan
Mengemukakan kepemimpinan semata-mata suatu atribusi yang dibuat orang mengenai individu lain.
2. Teori Kepemimpinan Kharismatik
Teori ini sebagai perpanjangan dari teori atribusi. Pengikut membuat atribusi dari kemampuan kepemimpinan yang heroik/luar biasa bila mereka mengamati perilaku tertentu. Telaah mengenai kepemimpinan kharismatik sebagian besar diarahkan pada mengidentifikasi perilaku yang membedakan pemimpin kharismatik dari pedanan mereka yang nonkharismatik.
3. Teori Kepemimpinan Transaksional vs Transformasional
a. Pemimpin transaksional adalah pemimpin yang memandu atau memotivasi pengikut mereka dalam arah tujuan yang ditegakkan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas.
b. Pemimpin transformasional, yaitu : pemimpin yang memberikan pertimbangan dan ransangan intelektual yang diinduvidualkan, dan yang memiliki kharisma.
C. Model dan tipe kepemimpinan
Beberapa model kepemimpinan berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan para pakar Administrasi publik antara lain sebagai berikut:
1. Model Kepemimpinan Kontingensi
Model kepemimpinan kontingensi dikembangkan oleh Fiedler. Efektivitas kepemimpinan kontingensi ini memiliki dalil bahwa prestasi kelompok tergantung pada interaksi antara gaya kepemimpinan dilihat sebagai suatu hubungan yang didasari kekuatan dan pengaruh.
2. Model Partisipasi Pemimpin (Vroom dam Yetton)
Teori kepemimpinan yang memberi seperangkat aturan untuk menentukan ragam dan banyaknya pengambilan keputusan partisipatif staf dalam situasi berlainan. Kebalikan dari Fiedler, Vroom dan Yetton berasumsi bahwa pemimpin harus lebih luwes untuk mengubah gaya kepemimpinan agar sesuai dengan situasi.
3. Model Jalur-Tujuan (Robert J. House)
Model kepemimpinan jalur-tujuan berusaha meramalkan efektivitas kepemimpinan dalam berbagai situasi. Pemimpin menjadi efektif karena pengaruh motivasi mereka yang positif, kemampuan untuk melaksanakan, dan kepuasan pengikutnya. Teorinya disebut sebagai jalur-tujuan, karena memfokuskan pada bagaimana pemimpin mempengaruhi persepsi pengikutnya pada tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalan untuk mencapai tujuan.
4. Pendekatan hubungan berpasangan vertikal
Dalam berhubungan tidak ada hal-hal yang sama atau pemimpin yang konsisten terhadap seluruh bawahan. Tiap hubungan satu-satu memiliki keunikan. Pemimpin mengklasifikasi bawahan kedalam anggota dalam kelompok. Anggota dalam kelompok memiliki rasa keterikatan dan sistem nilai yang sama, dan berinteraksi dengan pemimpinnya. Anggota luar kelompok memiliki kesamaan yang lebih sedikit dengan pemimpinnya dan tidak membagi banyak dengannya.[4]
D. Tipe-Tipe Kepemimpinan
Bertolak dari perilaku pemimpin dalam sekelompok manusia organisasional, kita dapat mengelompokkan kepemimpinan seseorang dalam tipe-tipe tertentu yang masing-masing memiliki ciri-ciri tersendiri. Adapaun tipe-tipe kepemimpinan tersebut adalah:
1. Pemimpin Otokratik
Kata otokratik dapat diartikan sebagai tindakan menurut kemauan sendiri, setiap produk pemikiran dipandang benar, keras kepala atau rasa “aku” keberterimaannya pada khalayak bersipat dipaksakan. Ketika prilaku atau sikap itu ditampilkan oleh pimpinan, lahirlah yang disebut dengan kepemimpinan otokratik atau kepemimpinan yang otoriter. Kepemimpinan otokratik bertolak dari anggapan bahwa pimpinanlah yang memiliki tanggung jawab penuh terhadaporganisasi. Pemimpin otoratik berasumsi bahwa maju mundurnya organisasihanya bergantung pada dirinya.
Pimpinan otokratik memiliki ciri lain, sepertia:
a. Beban kerja organisasi pada umumnya ditanggung oleh pimpinan.
b. Dan keinginan , oleh pimpinan hanya dianggap sebagai pelaksana dan mereka tidak boleh memberikan ide-ide baru.
c. Bekerja keras, disiplin tinggi, dan tidak kenal lelah.
d. Menentukan kebijakan sendiri kalaupun bermasyarakat sifatnya hanya penawaran saja.
e. Memiliki kepercayaan rendah terhadap bawahan dan kalaupun kepercayaan diberikan. Di dalam dirinya penuh ketidakpercayaan.[5]
f. Komunikasi dilakukan secara tertutup dan satu arah
g. Korektif dan minta penyelesaian tugas pada waktu sekarang.
2. Pemimpin Demokratis
Inti demokrasi adalah keterbukaandan keinginan memosisikan pekerjaan dari, oleh, dan untuk bersama. Tipe kepemimpinan demoktatis bertolak dari asumsi bahwa hanya dengan kekuatan kelompok tujuan yang bermutu dapat dicapai. Pimpinan yang demokratis berusaha berusaha lebih banyak melibatkan anggota kelompok dalam memacu tujuan. Tugas dan tanggung jawab dibagi menurut bidang-bidang masing-masing.
3. Pemimpin Permisif
Kata bermisif bisa bermakna serba boleh serba mengiyakan, tidak mau ambil pusing, tidak bersikap dalam makana sikap sesungguhnya, dan apatis pemimpin permisif tidak mempunyai pendirian yang kuat, sikapnya serba boleh. Pimpinan yang termasuk dalam kategori ini biasanya terlalu banyak mengambil muka dengan dalih untuk mengenakkan individu yang dihadapinya. Dia memberikan kebebasan kepada manusia organisasional, begini boleh, begitu boleh dan sebagainya. Bawahan tidak mempunya pegangan yang jelas, informasi diterima simpang siur dan tidak konsisten. Ciri pimpinan yang permisif antara lain:
a. Tidak ada pegangan yang kuat kepercayaan rendah pada diri-sendiri
b. Mengiyakan semua saran
c. Lambat dalam membuat keputusan
d. Hanya mengambil “muka” kepada bawahan
e. Ramah dan tidak menyakiti bawahan.[6]
E. Pendekatan Personal Mengenai Kepemimpinan
Pendekatan personal mengenai kepemimpinan berangkat dari sebuah pertanyaan sederhana : Siapakah pemimpin itu? Apakah menjadi pemimpin itu dilahirkan atau dapat dipelajari? Apakah yang membedakan pemimpin dan bukan pemimpin? Pendekatan personal mencoba melihat pemimpin dari sisi personal atau karakteristik figur dari seorang pemimpin.
Untuk memahami lebih jauh mengenai esensi dari pendekatan ini, maka pembahasan akan terbagi dua, yaitu pembahasan mengenai pemimpin dan bukan pemimpin, serta pemimpin efektif dan yang tidak efektif.[7]
Pemimpin dan Bukan Pemimpin. Berbagai pandangan dapat kita temukan ketika barangkali kita pernah mendengar bahwa pemimpin itu harus cerdas, pintar, bersifat terbuka, memiliki kepercayaan diri dan lebih tinggi misalnya. Akan tetapi, pada kenyataannya kita barang kali dapat bertanya, seperti apa orang yang cerdas dan pintar? Apakah seorang yang mesti bertitel profesor atau doktor? Lalu mengapa banyak presiden yang tidak memiliki titel tersebut? Apakah bersifat terbuka adalah prasyarat seorang pemimpin, mengapa Abraham lincoln dapat menjai seorang presiden padahal dirinya cenderung bersifat tertutup? Dan seterusnya. Pandangan bahwa pemimpin harus cerdas, pintar, tinggi, bersifat terbuka, pada kenyataannya masih menimbulkan pro dan kontra, terlebih pada kenyataannya bahwa banyak pemimpin yang tidak memiliki kriteria tersebut, namun diakui sebagai pemimpin oleh masyarakatnya.
Pemimpin Efektif dan Pemimpin Tidak Efektif. Pendekatan ini mencoba melihat bahwa karakteristik pemimpin bukan sekadar dilihat dari sisi fisik saja, tetapi juga dari kemampuannya untuk mencapai tujuan dari sebuah organisasi. Mereka yang mampu membawa anggotanya untuk bersama-sama mencapai tujuan, dikatakan sebagai pemimpin yang efektif. Adapun sebaliknya, mereka yang tidak mampu memengaruhi angotanya untuk bersama-sama mencapai tujuan dikatakan sebagai pemimpin tidak efektif. Berdasarkan hal ini, isu-isu baru kemudian mucul seperti apakh seorang pria lebih efektif dari wanita? Apakah suku tertentu lebih efektif dari suku yang lainnya, dan lain sebagainya. Pada intinya jika kita menerima bahwa pemimpin lebih cenderung dilihat dari kemampuannya dalam pencapaian tujuan, maka pemimpin efektif sangat mungkin untuk muncul dari pria maupun wanita , suku bangsa, dan ras manapun, maupun lari dari kalangan manapun, sehingga semakin jelas bagi kita bahwa ketika kita menyadari bahwa setiap individu memiliki keragamannya masing-masing.
F. Pendekatan Substitusi Untuk kepemimpinan
Yang dimaksud dengan pendekatan substitusi untuk kepemimpinan adalah sebuah konsep yang mengidentifikasi situasin dimana peran kepemimpinan bersifat netral dan cenderung tidak diperlukan serta bisa digantikan oleh karakteristik dari pada bawahan, pekerjaan, dan organisasi. Contohnya, ketika seorang pasien datang kerumah sakit untuk diperiksa, para juru rawat, atau dokter jaga tidak perlu menunggu perintah dari kepala rumah sakit terlebih dahulu untuk memeriksa pasien tersebut karena situasi yang dihadapi mampu dihadapi oleh bawahan (juru rawat dan dokter jaga) tanpa harus menunggu arahan dari pemimpin. Namun, ketika sakitnya sangat parah, katakan lah misalnya keputusan untuk melakukan transplantasi oleh tubuh, maka sang juru rawat dan dokter jaga tersebut perlu menunggu persetujuan dan arahan dari kepala rumah sakit. Paling tidak ada tiga hal yang perlu diidentifikasi sehubungan dengan perlu tidaknya substitusi terhadap peran pemimpin dalam organisasi, yaitu karakteristik bawahan, karakteristik stuktur tugas atau pekerjaan, dan karakteristik organisasi
[1] Asmawi Rewansyah, Kepemimpinan Dalam Pelayanan Publik. (Jakarta : STIA-LAN, 2011) hlm. 120
[2] Ibid, hlm. 124
[3] Ibid, hlm. 134-136
[4] Iibid, hlm. 137-141
[5] Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006) hlm. 212-213
[6] Ibid,hlm. 213-214
[7] Ernie Tisnawati dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005) hlm. 258
[8] Ibid,hlm. 272
Komentar
Posting Komentar